Tampilkan postingan dengan label Biografi Fisikawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biografi Fisikawan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 Mei 2021

Biografi Max Planck Bagian-2

 

baca sebelumnya di Biografi Max Planck Bagian-1



Max Planck dan Kediktatoran Nazi

Pada tahun-tahun pasca-perang bergolak, Planck, yang saat itu memiliki otoritas tertinggi atas fisika Jerman, mengeluarkan slogan “bertahan dan terus bekerja” untuk rekan-rekannya. Pada bulan Oktober 1920 ia dan Fritz Haber mendirikan Organisasi Darurat Ilmu Jerman, ditunjuk untuk memberikan dukungan keuangan untuk penelitian ilmiah. Selama ini kondisi ekonomi di Jerman begitu tak baik sehingga ia tidak mampu melakukan penelitian. Selama periode tersebut, Planck menjadi angggota Deutsche Volks-Partei (Partai Rakyat Jerman), partai pemenang nobel perdamaian Gustav Stresemann, yang bercita-cita untuk mewujudkan tujuan liberal dan kebijaksanan domestik. Tujuan ini agak revisionistik untuk politik internasional.

 

Ketika Nazi merebut kekuasaan Jerman pada tahun 1933, Planck saat itu berusia 75 tahun. Ia menyaksikan banyak teman Yahudi dan rekan diusir dari posisi mereka dan dipermalukan, dan ratusan ilmuwan bermigrasi dari Jerman. Sekali lagi ia mencoba “bertahan dan terus bekerja” dan meminta ilmuwan yang sedang mempertimbangkan migrasi untuk tetap tinggal di Jerman. Ia berharap krisis akan mereda segera dan situasi politik akan membaik. Dengan segala upaya, Max Planck berusaha melawan Hitler yang memimpin Nazi saat itu, dengan berbagai cara. Perundingan secara tertutup pun dilakukan Max Planck untuk membela para ilmuwan. Berikut dalah catatan tentang kunjungan Max Planck ke Hitler secara tertutup:

[1933)..... saya harus memberi hormat kepada pimpinan saya. Saya berpikir saya harus menggunakan cara ini untuk mendukung rekan-rekan Yahudi saya seperti Fritz Haber. Hitler menjawab:”... Yahudi adalah komunis, bertentangan dengan perjuangan saya. Mengapa saya harus membela mereka?” Saya berusaha membujuk namun Hitler menampar lututnya, berbicara dengan angkuh dalam kemarahan sehingga saya hanya diam.

 

 Otto Hahn meminta Planck untuk mengumpulkan profesor Jerman terkenal untuk mengeluarkan proklamasi publik terhadap pengakuan hak-hak profesor Yahudi, tetapi Planck menjawab, “Jika anda mampu mengumpulkan 30 profesor-profesor tersebut dalam sehari, maka besok 150 orang lain akan datang dan berbicara untuk menentang hal itu, karena mereka ingin mengambil alih posisi yang lain”. Di bawah kepemimpinan Planck, para Kaisar Wilhelm Gesellschaft menghindari konflik terbuka dengan rezim Nazi, kecuali tentang Fritz Haber. Planck mencoba untuk membahasa masalah tersebut dengan Adolf Hitler tetapi tidak berhasil. Pada tahun berikutnya, 1934, Haber meninggal di pengasingan.

 

Satu tahun kemudian, Planck, yang telah menjadi presiden Kaisar Wilhelm Gesellschaft sejak 1930, menyelenggarakan pertemuan peringatan resmi untuk Haber dalam gaya agak provokatif. Dia juga berhasil diam-diam menyakinkan sejumlah ilmuwan Yahudi untuk terus bekerja di Institut Kaisar Wilhelm Gesellschaft selama beberapa tahun. Pada tahun 1936, masa jabatannya sebagai presiden Kaisar Wilhelm Gesellschaft berakhir, dan pemerintah Nazi menekannya untuk menahan diri.

 

Iklim politik di Jerman secara bertahap menjadi begitu krusial. Johannes Stark, ilmuwan terkemuka di Deutshe Phsicsk (Fisika Jerman) menyerang Planck, Sommerfeld, dan Heisenberg untuk terus mengajarkan teori Einstein. Ia menyebut mereka “Yahudi Putih”. The Hauptant Wissenschaft (kantor pemerintah Nazi untuk ilmu pengetahuan) memulai penyelidikan akan keturunan keluarga Planck. Mereka menemukan bahwa ia adalah “1/16 bangsa Yahudi”. Namun, Planck menyangkal hal itu.

 

Pada tahun 1938, Planck merayakan ulang tahun ke-80nya. Deutshe Physikalische Gesellschaft juga turut mengadakan perayaannya, dengan membuat medali Max-Planck. Medali ini merupakan medali dengan nilai tertinggi yang dibuat Deutshe Physikalische Gesellschaft dan diberikan kepada fisikawan Perancis Louis de Broglie. Pada akhir tahun 1938, Akademi Prusia kehilangan kemerdekaan yang masih tersisa dan diambil oleh Nazi (Gleichsaltung). Peristiwa ini membuat Planck protes dengan mengundurkan diri kepresidenannya.

 

Selama perang dunia II, seiring meningkatnya jumlah misi pengeboman Sekutu terhadap Berlin, maka pada tahun 1943, Planck dan istrinya secara terpaksa untuk sementara meninggalkan kota dan tinggal di pedesaan: yakni Rogatz, dekat Magdeburg bersama pengungsi lainnya. Karena NAZI mengetahui kepindahan Max Planck ke desa maka pedesaan yang ditepatinya terancam dihancurkan oleh NAZI. Planck harus mengalami kengerian pada hari-hari terakhir perang. Disana Planck tersiksa oleh asam urat yang dideritanya. Bukan hanya itu, bersama dnegan pengungsi lainnya dia bersembunyi di loteng selama beberapa hari di sebuah rumah terpencil di hutan untuk menghindari dari tentara NAZI. Sayangnya, pada pertengahan Mei, ia dan istrinya ditemukan oleh regu pencari ilmuwan Amerika dan dibawa ke Gottingen.

Sebelumnya, pada tahun 1942 ia menulis: “Saya memiliki sebuah keinginan untuk terus bersemangat dan berkembang untuk bertahan terhadap krisis dan hidup cukup lama untuk dapat menyaksikan titik balik, awal dari kenaikan baru”. Ia juga menjelaskan mengapa dia ingin terus menetap di Berlin: “Saya telah tinggal di sini sejak 1889.... saya benar-benar cukup lama di sini. Saya tak ingin untuk berpindah-pindah. Banyak orang-orang yang bukan asli Jerman disini. Mereka mencari sesuatu yang membuat mereka merasa inilah mereka. Ketika saya tiba di Berlin, tempat ini membuat saya tidak mudah untuk berpindah. Tempat ini adalah pusat dari semua kegiatan intelektual di Jerman.

 

Pada Februari 1944 rumahnya di Berlin, tepatnya di pinggir kota Grunewald hancur oleh serangan udara, dan memusnahkan semua catatan ilmiahnya.

 

Karya dan Penemuan Fisikawan Max Planck

Karya dan Penemuan Fisikawan Max Planck akan di bahas pada artikel sendiri.

 

Penghargaan untuk Max Planck

Berikut adalah beberapa penghargaan yang diberikan untuk Max Planck atas pekerjaannya

1.      Penghargaan Nobel dalam fisika 1918 diberikan kepada Max Planck “sebagai pengakuan atas jasa yang diberikan untuk kemajuan fisika dengan menemukan energi quanta”. Max Planck menerima Hadiah Nobel-nya satu tahun kemudian, pada tahun 1919.

2.      Lorentz Medal dan Franklin Medal (1927).

3.      Society Copley Medal pada tahun 1928.

4.      Adlerschild des Deutschen Reiches oleh Presiden Jerman pada tahun 1928.

5.      Medali Max Planck (28 Juni 1929). Medali ini adalah penghargaan tertinggi dari Deutsche Gesellschaft Physikalische, organisasi terbesar di dunia fisikawan, untuk prestasi luar biasa dalam teori fisika. Medali ini diterima bersama Alberth Einstein di Berlin.

6.      Plakat Max Planck di Universitas Humboldt Berlin. Plakat ini tertulis “Max Planck, penemu kunatum dasar tindakan h, mengajar di gedung ini 1889-1928”

7.      Asteroid 1069 kemudian diberi nama Max Planck pada 1938, bertepatan dengan ulang tahun Max Planck yang ke 70.

8.      Max Planck Koin. Koin ini dicetak pada peringatan 100 tahun kelahirannya (1958) dan pada saat bernilai 12 Deutsche. Koin ini terbuat dari perak. Bagian depan termuat wajah Planck yang sedang menghadap ke kiri, dengan nama serta tanggal kelahirannya dan kematiannya mengelilingi gambar.

9.      Max Planck menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Frankfurt, Munich (TH), Rostock, Berlin (TH), Graz, Athena, Cambridge, London, dan Glasgow.

10.  Beberapa perangko di berbagai negara menggunakan foto Max Planck beserta teori Mekanika Kuantumnya.

 

Massa Tua dan Akhir Dari Kehidupan Max Planck

Masa tua sebelum kematian Planck dihabiskan dengan masih ikut serta dalam berbagai organisasi. Seperti pada tahun 1930 dimana saat itu ia berusia 72 tahun, ia memegang jabatan sebagai Presiden dari Kaiser Wilhelm Society. Pada masa jabatan 1930-1937 diwarnai oleh perebutan kekuasaan oleh kaum Sosialis Nasional. Kepemimpinannya yang gigih terkenal karena usahanya untuk mencegah NAZI dari tindakan semena-mena atas hak-hak masyarakat. Tahun-tahun terakhir kehidupan Max Planck juga dihiasi oleh kondisi rumit perang dunia II dari kediktatoran NAZI. Pukulan secara pribadi pun tak kunjung usai. Beliau yang pada tahun 1945 berusia 87 tahun, harus menyaksikan perang berakhir dalam keadaan dramatis.

 

Pada Mei 1945, Max Planck pergi ke Gottingen, dimana ia menghabiskan tahun-tahun terakhirnya diantara sanak keluarganya dalam keadaan sederhana. Saat tersebut merupakan tahun penyakit dan kelemahannya. Tetapi, meskipun usianya sudah sangat tua, Planck masih bisa menjabat sebagai Nestor dalam rekonstruksi ilmu Jerman. Pada musim semi 1946, misalnya ia mengalami kerasnya perjalanan ke Inggris untuk mengambil bagian dalam perayaan 300 tahun meninggalnya Newton dari Royal Society. Bukan hanya merayakan, Max Planck juga berperan sebagai duta bagi kemajuan Jerman, yang sebelumnya berada pada dunia perang.

 

Dalam dekade terakhir hidupnya, Planck pun kian berusaha untuk menyebarluaskan dan membagikan ilmu pengetahuan akan teori kuantum kepada seluruh masyarakat. Sikapnya yang begitu bersih keras ditunjukkan melalui menulis artikel untuk surat kabar harian dan majalah ilmiah populer, memberikan wawancara, dan menyiarkan pidato lewat radio. Beliau terus melakukan kegiatan tersebut hingga akhir hidupnya. Namun untuk mengajar sebagai dosen lagi, ia tak sanggup ia berkata: “Pada usia saya ke 89 ini, saya tidak dapat menjadi produktif dalam ilmu lagi. Apa yang tersisa bagi saya adalah kemungkinan menjangkau orang-orang dalam pencarian mereka dalam hal kebenaran dan wawasan, terutama pada orang-orang muda”.

 

Akhirnya, pada tanggal 4 Oktober 1947, Max Planck menutup usianya di Gottingen dengan umur 89 tahun. Setelah upacara pemakaman pada tanggal 7 Oktober 1947, enam mahasiswa fisika dari Gottingen membawa peti matinya dari Gereja St. Alban untuk dimakamkan di pemakaman. Max Planck meninggalkan 1 orang istri, Marga von Hosslin, 1 orang anak,Herman Planck, dan cucu-cucunya. Kehilangan sosok seorang ilmuwan dirasakan oleh siapa saja yang mengenal akan teorinya yang revolusioner. Pada tanggal 10 Oktober 1947, Alber Einstein menulis sebuah surat belasungkawa kepada istri Max Planck.

 

Rabu, 12 Mei 2021

BIOGRAFI SINGKAT FISIKAWAN : MAX PLANCK

BIOGRAFI SINGKAT FISIKAWAN : MAX PLANCK



 

Masa Kecil Max Planck dan Kehidupan Berkeluarga

 

Max Karl Ernst Ludwig Planck atau yang biasa dikenal dengan nama Max Planck merupakan salah satu fisikawan terbesar sepanjang masa, yang lahir pada tanggal 23 April 1858 di Kota Kiel, Provinsi Schleswig-Holstein, Jerman.

 

Planck dilahir dalam keluarga intelligent yang terhormat, dan terpandang yang berasal dari Swabia. Dua kakek buyutnya merupakan Profesor Teologi di Gottingen, dan pamannya adalah seorang hakim ternama.

 

Sekilas tentang orang tuanya; Ayahnya bernama Johan Julius Wilhem Planck (1817-1900) yang adalah seorang Profesor dalam bidang Hukum Konstitusi di Universitas Kiel dan di Gottingen. Johan Julius Wilhem Planck lahir pada tanggal 22 April 1817 di Gottingen. Ayah dari Max Planck ini juga merupakan mantan Rektor dari Universitas Kiel (3 periode) dan Universitas Munich (1 periode). Beliau memiliki dua istri. Istri pertamanya bernama Mathilde Voigt (tidak diketahui waktu kelahiran dan kematiannya) dan istri keduanya bernama Ema nee Patzig. Max Planck lahir dari istri kedua ayahnya.

 

Max Planck sendiri memiliki dua saudara tiri dari pernikahan pertama ayahnya, yakni Emma Schirmer Planck (1844-1894), dan Hugo Wilhem Planck (1846-22 November 1922). Planck juga memiliki tiga suadara kandung, yaitu Adalbert Freidrich Planck (1852-1882), Hildegart Planck dan Hildegart Brandis (anak kembar 1854-1887).

 

Pada tahun 1867, keluarga besar Max Planck berpindah ke Munich, negara bagian Bavaria, ketika ayahnya diangkat menjadi Profesor disana. Mereka juga berpindah dari Kiel ke Munich karena ingin menghindari perang Schleswig yang mungkin akan terjadi lagi. Perang yang terakhir yang dikenal dengan Perang Schleswig II.

 

Perang ini adalah konflik militer yang meletus antara Konfederasi Jerman (Austria dan Prusia) melawan Denmark. Perang ini dimulai pada tanggal 1 Februari 1864 setelah tentara Prusia melewati perbatasan dan memasuki Schleswig. Seperti perang Schleswig Pertama, perang ini diakibatkan oleh sengketa mengenai siapa yang berhak atas Kadipaten Schleswig dan Holstein. Kontroversi meletup setelah diterapkannya Konstitusi November, yang memasuki Kadipaten Schleswig ke dalam wilayah kerajaan Denmark, yang melanggar Protokol London. Perang berakhir pada 30 Oktober 1864. Traktat Wina memaksa Denmark menyerahkan Kadipaten Schileswig, Holstein, dan Saxe-Lauenburg kepada Prusia dan Austria.

Planck semasa kecil memiliki hobi bermain piano dan mendaki pegunungan. Sejak kecil, Max Planck juga sudah diajar bermain piano dan mendaki pegunungan, yang kemudian menjadi hobi yang digemarinya hingga usia tua. Cinta akan pegunungan berawal sejak kebiasaan ayahnya dengan seluruh keluarga, dalam setiap liburan ke desa Tyolean. Mereka selalu mendaki dataran tinggi yang ada disana.

 

Planck sendiri memiliki dua istri. Pada tanggal 31 Maret 1885, Max Planck menikahi istri pertamanya yaitu Marie Merck di Kota Kiel. Istrinya itu lahir pada tanggal 6 September 1861 di Numberg. Marie Merck merupakan teman masa kecilnya, dan merupakan anak dari seorang banker terkenal di Munich. Mereka memiliki 4 orang anak, yaitu Karl Planck (1888-1916), si kembar Emma Fehling (1889-1919) dan Margarete Fehnling (1889-1917), dan yang terakhir Erwin Planck yang lahir pada tanggal 12 Maret 1893. Dua tahun setelah kematian istri pertamanya, yakni pada tanggal 14 Maret 1911 Planck menikah lagi dengan sepupu dari istri pertamanya, Marga von Hosslin. Mereka dikarunia satu anak, Herman Planck.

 

Setelah menikah, kelaurga kecil Planck ini tinggal secara mandiri di sebuah apertemen di Kota Kiel. Kemudian, pada tahun 1888 mereka pindah dan tinggal di sebuah villa di Berlin-Grunewald, Wangenheimstrasse 21. Beberapa profesor lain dari Universitas Berlin tinggal di dekatnya, di antaranya Teolog Adolf von Harnack, yang menjadi teman dekat Planck. Segera rumah Planck menjadi pusat sosial dan budaya. Banyak ilmuwan terkenal, seperti Albert Einstein dan Otto Han sering mengunjung.

 

Max Planck memiliki kehidupan yang rumit. Tragedi kematian anggota keluarga yang dialaminya seakan tak kunjung berhenti. Pada tahun 1887, dua saudara kembarnya, ), Hildegart Planck dan Hildegart Brandis meninggal. 13 tahun kemudian, ayahnya pun turut meninggal tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1909 karena terkena penyakit tuberkolosis. Kehilangan sosok wanita juga dialami lagi oleh Max Planck. Ibunya Ema Patzig meninggal pada tanggal 4 Agustus 1914 di Munchen dengan tidak diketahui sebabnya. Karl Planck, putra sulungnya meninggal pada perang dunia I tahun 1916. Kemudian, kedua anak kembarnya tahun1917 dan 1919. Sebelumnya, dan  tragedi hebat yang terakhir adalah Erwin Planck, putra bungsunya dibunuh pada tahun 1945 pada perang dunia I dengan usia yang masih sangat muda, yakni 26 tahun.

 

Riwayat Pendidikan dan Karier

 

Max Planck mulai bersekolah di Munich pada musim semi 1867, ketika keluarganya pindah ke sana. Sekolahnya itu bernama Maximillians Gymnasium. Disana di bawah asuhan Hermann Muller, seorang ahli matematika yang menaruh minat pada kegiatan ilmiah, dan mengajarinya astronomi dan mekanika serta matematika. Sejak saat itu, Planck pertama kali belajar prinsip konservasi energi, pada saat itu juga Planck pertama kali mengenal dunia fisika. Dia memiliki bakat untuk berbagai mata pelajaran, namun lebih menonjol pada seni terutama pada seni (piano). Dia selalu memainkan piano dengan baik dan sering bernyayi di beberapa paduan suara, dan turut ambil bagian dalam operet. Bakat akan seninya ini, berlanjut saat dia menjadi mahasiswa. Ia bekerja sebagai konduktor dalam paduan suara akademik dan memainkan organ pada setiap pelayanan gereja.

 

Saat itu dia belum mempunyai visi yang jelas tentang apa yang harus dipelajari di universitas. Sebelum ia mulia studinya di Universitas Munich ia memiliki cita-cita akan karir sebagai musisi dan pemusik. Akhirnya pada bulan Juli 1874, pada usia yang masih sangat muda yakni 16 tahun, ia lulus dari sekolah Maximillians Gymnasium.

 

Setelah lulus, ia melanjutkan studinya di almamater ayahnya yaitu Ludwing Maximillians University of Munich pada tanggal 21 Oktober 1874. Yang paling berkesan adalah dia lulus ujian masuk di universitas tersebut dengan nilai yang memuaskan, yakni pada mata pelajaran matematika dan fisika. Para dosen yang saat itu yang mengajarnya antara lain Philip von Jolly dan Wilhelm Beetz di bidang fisika serta Heinrich Seidel dan Gustav Ludwig Bauer di bidang matematika. Philip von Jolly merupakan dosen yang menasihati Max Planck untuk menjauhi dunia fisika. Beliau berkata bahwa “dalam dunia fisika, hampir semua sudah ditemukan, dan semua yang tersisa adalah hanya untuk melengkapi beberapa bagian saja”. Namun Planck menjawab bahwa ia tidak ingin menemukan hal-hal baru, melainkan hanya untuk memahami dasar-dasar dari bidang ini. Kemudian dibawah pengawasan Profesor Jolly, Planck melakukan percobaan ilmiahnya dan mempelajari difusi hidrogen melalui platinum yang dipanaskan.

 

Saat memasuki dunia mahasiswa, Planck menulis mengapa ia memilih fisika. Ia menulis bahwa “Dunia luar adalah sesuatu yang independen dari manusia, sesuatu yang mutlak, dan hukum-hukum harus diketahui, dimana akan menjadi sesuatu yang paling agung dalam kehidupan akan pengetahuan ilmiah”

 

Selama musim panas tahun 1875, Max Planck menderita sakit (tidak diketahui penyakitnya), yang menyebabkan dia untuk berhenti belajar sementara waktu. Pada bulan Oktober 1877 Max Planck dipindahkan ke Universitas Berlin untuk menyelesaikan studinya. Disana dia diasuh oleh dosen yang bernama Hermann von Helmholtz dan Gustav Robert Kirchoof. Matematikawan Karl Weierstrass, Heinrich Hertz dan Ludwig Boltzmann menjadi dosen kenalam Max Planck selama dia berada di Universitas Berlin. Sejarah mencatat bahwa ia pernah menulis tentang kedua dosennya. Ia menulis bahwa Helmholtz merupakan dosen yang kurang siap, berbicara dengan pelan, sangat salah perhitungan, dan membosankan. Begitu juga Kirchoff merupakan dosen yang sangat siap namun monoton. Namun hal tersebut tidak membuatnya membenci kedua dosennya, melainkan menjadikan mereka sahabat dekat, terutama Helmholtz. Selain Helmholtz, ada seorang teman dekat Max Planck, yakni Carl Runge. Carl Runge merupakan mahasiswa yang diasuh oleh Karl Weiestrass, dan merupakan dosen dari Max Born ketika beliau diangkat menjadi dosen di Universitas Berlin.

 

Di Universitas Berlin, dengan mandiri Planck mempelajari karya Rudolf Clausius mengenai termodinamika, yang akhirnya mengakibatkan dia kembali ke Munich untuk menerima gelar doktor pada Februari 1879 untuk tesis pada Hukum Kedua Termodinamika, dnegan judul Uber den zweiten Hauptsatz de mechanischen Warmetheorie (Pada Hukum Kedua Termodinamika). Gelar tersebut diperolehnya dengan prestasi Cum Laude. Pada saat itu, Max Planck berusia 21 tahun dan merupakan suatu prestasi yang luar biasa karena ia dapat membuktikan apa yang dikatakan dosennya, Philip von Jolly itu tidak benar. Ternyata Max Planck dapat menemukan sesuatu yang baru dalam bidang fisika. Pada saat itu pula dia sedang mengajar matematika dan fisika di bekas sekolahnya di Munich.

 

Sekilas, Clausius merupakan ilmuwan Jerman yang berhasil menemukan hubungan antara kalor (Q) dan kerja (W), yang selanjutnya dikembangkan menjadi teori tentang entropi, dan kemudian menjadi Hukum II Termodinamika.

 

Pada tahun 1880, Max Planck mempublikasikan habilitas thesisnya, yakni Equilibrium states of isotropic bodies at different temperatures. Dengan selesainya habilitas thesis, Planck menjadi dosen swasta yang dibayar Munich, sambil menunggu ia ditawari posisi akademik pada Universitas Munich. Disana ia mengajar tentang “isotropik kesetimbangan tubuh”.

 

Dia menulis tentang karirnya sebagai dosen di Universitas Munich: “Sebagai dosen di Munich, aku menunggu bertahun-tahun untuk menjadi guru besar, dan tentu saja ada sedikit prospek dari teori fisika yang sejak saat itu belum dianggap sebagai subjek khususu”.

 

Setelah kematian Kirchoff pada bulan Oktober 1887, Max Planck kemudian diangkat sebagai profesor di Universitas Berlin, sekaligus menjadi direktur institut untuk fisika teoritis, menggantikan tempat Kirchoff pada tanggal 29 November 1888. Sebelumnya, pada tanggal 2 Mei 1885, Max Planck pernah menerima jabatan sebagai Profesor di Universitas Kiel. Awalnya Heinrich Hertz dan Ludwig Boltzmann ditawarkan kursi yang kosong itu, namun mereka menolak. Planck sendiri diusulkan oleh Fakultas Filsafat di Universitas Berlin untuk menggantikan tempat Kirchoff. Beliau juga sangat direkomondasikan oleh dosennya, Helmhotz. Katanya: “Semua makalah Planck sangat baik, dan berbeda dengan orang-orang yang sebagian besar temannya. Bahwa ia akan selalu mencoba untuk melakukan pertanggungjawaban dari termomekanika secara konstruktif, tanpa menambahkan tambahan hipotesis.... Makalahnya ... menunjukkan dengan jelas bahwa ia menjadi seorang penggagas yang asli karena ia sangat komprehensif pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.”

 

Di Universitas Berlin, beliau mengajar selama 6 semester. Salah satu mahasiswanya bernama Lise Meitner pernah mengatakan bahwa Max Planck adalah “dosen yang tidak menggunakan catatan, tidak pernah membuat kesalahan, tidak pernah goyah, serta dosen terbaik yang pernah saya dengar”. Salah satu mahasiswanya lagi yakni James R. Partington yang melanjutkan, “beliau selalu berdiri memberikan ceramah di setiap sudut ruangan. Ceramahnya itu akan membuat kami sampai duduk di lantai, dengan tidak menggangu kuliah”.

 

Karirnya sebagai dosen ternama membuatnya terpilih sebagai rektor Universitas Berlin pada tahun 1913, hingga akhirnya beliau pensiun dari Universitas Berlin pada tanggal 1 Oktober 1982 tatkala usianya mencapai 70 tahun. Posisinya tersebut kemudian digantikan oleh Erwin Schrodinger.

 

Beberapa posisi atau kariri Max Planck lainnya yaitu: menjadi anggota The Prussian Academy of Sciences pada tahun 1894, sebagai kepala Perkumpulan Fisikawan Jerman (Deutshe Physikalische Gesellschaft) dari tahun 1905 sampai 1909, sekretaris tetap pada The Prussian Academy of Sciences tahun 1912, bagian komite dari Kaiser Wilhelm Gesellschaft terutama pada Organisasi Penelitian Jerman tahun 1930 sampai 1937, anggota dari Royal Society pada tahun 1926, dan kemudian sejak tahun 1930 sampai 1937, Planck adalah Presiden Persatuan Kaisar Wilhelm untuk peningkatan dalam sains. Dia kembali menjadi presiden Presiden Persatuan Kaisar Wilhelm dari tahun 1945 hingga 1946 setelah sebelumnya memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya tersebut.

 

BACA SELANJUTNYA DI SINI