baca sebelumnya di Biografi Max Planck Bagian-1
Max Planck dan Kediktatoran Nazi
Pada
tahun-tahun pasca-perang bergolak, Planck, yang saat itu memiliki otoritas
tertinggi atas fisika Jerman, mengeluarkan slogan “bertahan dan terus bekerja” untuk rekan-rekannya. Pada bulan
Oktober 1920 ia dan Fritz Haber mendirikan Organisasi Darurat Ilmu Jerman,
ditunjuk untuk memberikan dukungan keuangan untuk penelitian ilmiah. Selama ini
kondisi ekonomi di Jerman begitu tak baik sehingga ia tidak mampu melakukan
penelitian. Selama periode tersebut, Planck menjadi angggota Deutsche
Volks-Partei (Partai Rakyat Jerman), partai pemenang nobel perdamaian Gustav
Stresemann, yang bercita-cita untuk mewujudkan tujuan liberal dan kebijaksanan
domestik. Tujuan ini agak revisionistik untuk politik internasional.
Ketika
Nazi merebut kekuasaan Jerman pada tahun 1933, Planck saat itu berusia 75
tahun. Ia menyaksikan banyak teman Yahudi dan rekan diusir dari posisi mereka
dan dipermalukan, dan ratusan ilmuwan bermigrasi dari Jerman. Sekali lagi ia
mencoba “bertahan dan terus bekerja”
dan meminta ilmuwan yang sedang mempertimbangkan migrasi untuk tetap tinggal di
Jerman. Ia berharap krisis akan mereda segera dan situasi politik akan membaik.
Dengan segala upaya, Max Planck berusaha melawan Hitler yang memimpin Nazi saat
itu, dengan berbagai cara. Perundingan secara tertutup pun dilakukan Max Planck
untuk membela para ilmuwan. Berikut dalah catatan tentang kunjungan Max Planck
ke Hitler secara tertutup:
[1933)..... saya harus memberi
hormat kepada pimpinan saya. Saya berpikir saya harus menggunakan cara ini
untuk mendukung rekan-rekan Yahudi saya seperti Fritz Haber. Hitler
menjawab:”... Yahudi adalah komunis, bertentangan dengan perjuangan saya.
Mengapa saya harus membela mereka?” Saya berusaha membujuk namun Hitler
menampar lututnya, berbicara dengan angkuh dalam kemarahan sehingga saya hanya
diam.
Otto Hahn meminta Planck untuk mengumpulkan
profesor Jerman terkenal untuk mengeluarkan proklamasi publik terhadap
pengakuan hak-hak profesor Yahudi, tetapi Planck menjawab, “Jika anda mampu mengumpulkan 30
profesor-profesor tersebut dalam sehari, maka besok 150 orang lain akan datang
dan berbicara untuk menentang hal itu, karena mereka ingin mengambil alih
posisi yang lain”. Di bawah kepemimpinan Planck, para Kaisar Wilhelm
Gesellschaft menghindari konflik terbuka dengan rezim Nazi, kecuali tentang
Fritz Haber. Planck mencoba untuk membahasa masalah tersebut dengan Adolf
Hitler tetapi tidak berhasil. Pada tahun berikutnya, 1934, Haber meninggal di
pengasingan.
Satu
tahun kemudian, Planck, yang telah menjadi presiden Kaisar Wilhelm Gesellschaft
sejak 1930, menyelenggarakan pertemuan peringatan resmi untuk Haber dalam gaya
agak provokatif. Dia juga berhasil diam-diam menyakinkan sejumlah ilmuwan
Yahudi untuk terus bekerja di Institut Kaisar Wilhelm Gesellschaft selama
beberapa tahun. Pada tahun 1936, masa jabatannya sebagai presiden Kaisar
Wilhelm Gesellschaft berakhir, dan pemerintah Nazi menekannya untuk menahan
diri.
Iklim
politik di Jerman secara bertahap menjadi begitu krusial. Johannes Stark,
ilmuwan terkemuka di Deutshe Phsicsk
(Fisika Jerman) menyerang Planck, Sommerfeld, dan Heisenberg untuk terus
mengajarkan teori Einstein. Ia menyebut mereka “Yahudi Putih”. The Hauptant Wissenschaft (kantor
pemerintah Nazi untuk ilmu pengetahuan) memulai penyelidikan akan keturunan
keluarga Planck. Mereka menemukan bahwa ia adalah “1/16 bangsa Yahudi”. Namun,
Planck menyangkal hal itu.
Pada
tahun 1938, Planck merayakan ulang tahun ke-80nya. Deutshe Physikalische Gesellschaft juga turut mengadakan
perayaannya, dengan membuat medali Max-Planck. Medali ini merupakan medali
dengan nilai tertinggi yang dibuat Deutshe
Physikalische Gesellschaft dan diberikan kepada fisikawan Perancis Louis de
Broglie. Pada akhir tahun 1938, Akademi Prusia kehilangan kemerdekaan yang
masih tersisa dan diambil oleh Nazi (Gleichsaltung).
Peristiwa ini membuat Planck protes dengan mengundurkan diri kepresidenannya.
Selama
perang dunia II, seiring meningkatnya jumlah misi pengeboman Sekutu terhadap
Berlin, maka pada tahun 1943, Planck dan istrinya secara terpaksa untuk
sementara meninggalkan kota dan tinggal di pedesaan: yakni Rogatz, dekat
Magdeburg bersama pengungsi lainnya. Karena NAZI mengetahui kepindahan Max
Planck ke desa maka pedesaan yang ditepatinya terancam dihancurkan oleh NAZI.
Planck harus mengalami kengerian pada hari-hari terakhir perang. Disana Planck
tersiksa oleh asam urat yang dideritanya. Bukan hanya itu, bersama dnegan
pengungsi lainnya dia bersembunyi di loteng selama beberapa hari di sebuah
rumah terpencil di hutan untuk menghindari dari tentara NAZI. Sayangnya, pada
pertengahan Mei, ia dan istrinya ditemukan oleh regu pencari ilmuwan Amerika
dan dibawa ke Gottingen.
Sebelumnya,
pada tahun 1942 ia menulis: “Saya
memiliki sebuah keinginan untuk terus bersemangat dan berkembang untuk bertahan
terhadap krisis dan hidup cukup lama untuk dapat menyaksikan titik balik, awal
dari kenaikan baru”. Ia juga menjelaskan mengapa dia ingin terus menetap di
Berlin: “Saya telah tinggal di sini sejak
1889.... saya benar-benar cukup lama di sini. Saya tak ingin untuk
berpindah-pindah. Banyak orang-orang yang bukan asli Jerman disini. Mereka
mencari sesuatu yang membuat mereka merasa inilah mereka. Ketika saya tiba di
Berlin, tempat ini membuat saya tidak mudah untuk berpindah. Tempat ini adalah
pusat dari semua kegiatan intelektual di Jerman.
Pada
Februari 1944 rumahnya di Berlin, tepatnya di pinggir kota Grunewald hancur
oleh serangan udara, dan memusnahkan semua catatan ilmiahnya.
Karya dan Penemuan Fisikawan Max
Planck
Karya
dan Penemuan Fisikawan Max Planck akan di bahas pada artikel sendiri.
Penghargaan untuk Max Planck
Berikut
adalah beberapa penghargaan yang diberikan untuk Max Planck atas pekerjaannya
1. Penghargaan Nobel dalam fisika 1918 diberikan kepada
Max Planck “sebagai pengakuan atas jasa yang diberikan untuk kemajuan fisika
dengan menemukan energi quanta”. Max Planck menerima Hadiah Nobel-nya satu
tahun kemudian, pada tahun 1919.
2. Lorentz Medal dan Franklin Medal (1927).
3. Society Copley Medal pada tahun 1928.
4. Adlerschild des Deutschen Reiches oleh Presiden
Jerman pada tahun 1928.
5. Medali Max Planck (28 Juni 1929). Medali ini adalah
penghargaan tertinggi dari Deutsche Gesellschaft Physikalische, organisasi
terbesar di dunia fisikawan, untuk prestasi luar biasa dalam teori fisika.
Medali ini diterima bersama Alberth Einstein di Berlin.
6. Plakat Max Planck di Universitas Humboldt Berlin.
Plakat ini tertulis “Max Planck, penemu kunatum dasar tindakan h, mengajar di gedung ini 1889-1928”
7. Asteroid 1069 kemudian diberi nama Max Planck pada
1938, bertepatan dengan ulang tahun Max Planck yang ke 70.
8. Max Planck Koin. Koin ini dicetak pada peringatan
100 tahun kelahirannya (1958) dan pada saat bernilai 12 Deutsche. Koin ini
terbuat dari perak. Bagian depan termuat wajah Planck yang sedang menghadap ke
kiri, dengan nama serta tanggal kelahirannya dan kematiannya mengelilingi
gambar.
9. Max Planck menerima gelar doktor kehormatan dari
Universitas Frankfurt, Munich (TH), Rostock, Berlin (TH), Graz, Athena,
Cambridge, London, dan Glasgow.
10. Beberapa perangko di berbagai negara menggunakan
foto Max Planck beserta teori Mekanika Kuantumnya.
Massa Tua dan Akhir Dari Kehidupan
Max Planck
Masa
tua sebelum kematian Planck dihabiskan dengan masih ikut serta dalam berbagai
organisasi. Seperti pada tahun 1930 dimana saat itu ia berusia 72 tahun, ia
memegang jabatan sebagai Presiden dari Kaiser Wilhelm Society. Pada masa
jabatan 1930-1937 diwarnai oleh perebutan kekuasaan oleh kaum Sosialis
Nasional. Kepemimpinannya yang gigih terkenal karena usahanya untuk mencegah
NAZI dari tindakan semena-mena atas hak-hak masyarakat. Tahun-tahun terakhir
kehidupan Max Planck juga dihiasi oleh kondisi rumit perang dunia II dari
kediktatoran NAZI. Pukulan secara pribadi pun tak kunjung usai. Beliau yang
pada tahun 1945 berusia 87 tahun, harus menyaksikan perang berakhir dalam
keadaan dramatis.
Pada
Mei 1945, Max Planck pergi ke Gottingen, dimana ia menghabiskan tahun-tahun
terakhirnya diantara sanak keluarganya dalam keadaan sederhana. Saat tersebut
merupakan tahun penyakit dan kelemahannya. Tetapi, meskipun usianya sudah
sangat tua, Planck masih bisa menjabat sebagai Nestor dalam rekonstruksi ilmu
Jerman. Pada musim semi 1946, misalnya ia mengalami kerasnya perjalanan ke
Inggris untuk mengambil bagian dalam perayaan 300 tahun meninggalnya Newton
dari Royal Society. Bukan hanya merayakan, Max Planck juga berperan sebagai
duta bagi kemajuan Jerman, yang sebelumnya berada pada dunia perang.
Dalam
dekade terakhir hidupnya, Planck pun kian berusaha untuk menyebarluaskan dan
membagikan ilmu pengetahuan akan teori kuantum kepada seluruh masyarakat.
Sikapnya yang begitu bersih keras ditunjukkan melalui menulis artikel untuk
surat kabar harian dan majalah ilmiah populer, memberikan wawancara, dan
menyiarkan pidato lewat radio. Beliau terus melakukan kegiatan tersebut hingga
akhir hidupnya. Namun untuk mengajar sebagai dosen lagi, ia tak sanggup ia
berkata: “Pada usia saya ke 89 ini, saya
tidak dapat menjadi produktif dalam ilmu lagi. Apa yang tersisa bagi saya
adalah kemungkinan menjangkau orang-orang dalam pencarian mereka dalam hal
kebenaran dan wawasan, terutama pada orang-orang muda”.
Akhirnya,
pada tanggal 4 Oktober 1947, Max Planck menutup usianya di Gottingen dengan
umur 89 tahun. Setelah upacara pemakaman pada tanggal 7 Oktober 1947, enam
mahasiswa fisika dari Gottingen membawa peti matinya dari Gereja St. Alban
untuk dimakamkan di pemakaman. Max Planck meninggalkan 1 orang istri, Marga von
Hosslin, 1 orang anak,Herman Planck, dan cucu-cucunya. Kehilangan sosok seorang
ilmuwan dirasakan oleh siapa saja yang mengenal akan teorinya yang
revolusioner. Pada tanggal 10 Oktober 1947, Alber Einstein menulis sebuah surat
belasungkawa kepada istri Max Planck.